1. Kapasitas Lapang (field capacity)
Kapasitas
lapang adalah persentase kelembaban yang ditahan oleh tanah sesudah terjadinya
drainase dan kecepatan gerakan air ke bawah menjadi sangat lambat. Keadaan ini
terjadi 2 – 3 hari sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah cukup mudah ditembus
oleh air, textur dan struktur tanahnya uniform dan pori-pori tanah belum semua
terisi oleh air dan temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban pada saat ini
berada di antara 5 – 40%. Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi daripada
kapasitas lapang maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler
selalu dapat mengganti kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban
tanah turun sampai di bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile.
Akar-akar akan membentuk cabang-cabang lebih banyak, pemanjangan lebih cepat
untuk mendapatkan suatu air bagi konsumsinya.
Oleh
karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang kandungan air di
bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan hebat sekali. Kapasitas
lapang sangat penting pula artinya karena dapat menunjukkan kandungan maksimum
dari tanah dan dapat menentukan jumlah air pengairan yang diperlukan untuk
membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya. Tergantung dari textur lapisan
tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban 1 feet tanah kering sampai kapasitas
lapang diperlukan air pengairan sebesar 0,5 – 3 inches.
2.Titik Layu Sementara
adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman untuk saat tertentu tidak menyerap air,sehingga tanaman mengalami kelayuan sementara.
adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman untuk saat tertentu tidak menyerap air,sehingga tanaman mengalami kelayuan sementara.
Pada
tumbuhan yang mengalami layu sementara, ditandai dengan layu pada siang dan
malam hari tampak segar kembali.
3. Titik Layu Permanen /Tepi(Permanent
Wilting Point)
adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari. meskipun ke dalam tanah ditambah lengasnya/ tidak bisa segar kembali meskipun tanaman d.itempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap air.Hal ini terjadi karena peristiwa plasmolisis.Plasmolisis yang terjadi pada sel tanaman sudah lanjut dan sel terlanjur mati, meskipun tanaman disiram deplasmolisis tidak akan terjadi, tanaman mati
adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari. meskipun ke dalam tanah ditambah lengasnya/ tidak bisa segar kembali meskipun tanaman d.itempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap air.Hal ini terjadi karena peristiwa plasmolisis.Plasmolisis yang terjadi pada sel tanaman sudah lanjut dan sel terlanjur mati, meskipun tanaman disiram deplasmolisis tidak akan terjadi, tanaman mati
Pada
umumnya kondisi jenuh air tidaklah dikehendaki oleh sebagian besar tanaman,
kecuali tanaman-tanaman yang memang habitatnya di air atau di rawa. Kondisi
jenuh air tak jarang menimbulkan kerugian bagi tanah maupun tanaman. Kerugian-kerugian tersebut antara lain
:
- Menyebabkan kandungan udara dalam tanah maupun sirkulasinya terhambat sehingga akar tanaman kekurangan oksigen.
- Memperlambat adsorbsi unsur hara oleh akar tanaman.
- Menekan pertumbuhan mikroorganisme tanah yang bersifat aerob.
- Menimbulkan zat-zat kimia yang dapat meracuni tanaman seperti metana (CH4), N2 berlebih, Fe++, dan Mn++.
- Memperlambat dekomposisi bahan organik tanah.
Dampak negatif berupa kekeringan tidak terjadi
secara langsung, melainkan melalui beberapa tahapan yakni pertama tanaman akan
mengalami kondisi layu sementara, artinya ketika siang hari tanaman akan
terlihat layu sedangkan ketika malam menjelang, tanaman akan kembali segar.
Kondisi layu sementara jika dibiarkan akan mengakibatkan tanaman mengalami
kondisi layu permanen, artinya tanaman akan tetap layu hingga mengering dan
meski diberikan air tanaman tidak akan kembali segar.
Hubungan
tekstur tanah dan kadar air
Tekstur tanah yang berbeda mempunyai kemampuan menahan air yang berbeda pula. Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah bertekstur liat, memiliki ruang pori halus yang lebih banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan tanah bertekstur kasar, contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang pori halus lebih sedikit, sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit pula.
Tekstur tanah yang berbeda mempunyai kemampuan menahan air yang berbeda pula. Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah bertekstur liat, memiliki ruang pori halus yang lebih banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan tanah bertekstur kasar, contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang pori halus lebih sedikit, sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit pula.
Menurut
Hardjowigeno (1992) bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap)
oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase
yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya
gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka
air dalam tanah dapat dibedakan menjadi:
(1) Air hidroskopik, adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah dengan air. Air hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah.
(2) Air kapiler, adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (gaya tarik menarik antara sesama butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat bergerak secara horisontal (ke samping) atau vertikal (ke atas) karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.
(1) Air hidroskopik, adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah dengan air. Air hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah.
(2) Air kapiler, adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (gaya tarik menarik antara sesama butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat bergerak secara horisontal (ke samping) atau vertikal (ke atas) karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.
Dalam
menentukan jumlah air tersedia bagi tanaman beberapa istilah dibawah ini perlu
dipahami, yaitu:
(1) Kapasitas Lapang: adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu (titik layu permanen).
(2) Titik Layu Permanen: adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari.
(3) Air Tersedia: adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman, yaitu selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi dengan kadar air pada titik layu permanen.
(1) Kapasitas Lapang: adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu (titik layu permanen).
(2) Titik Layu Permanen: adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari.
(3) Air Tersedia: adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman, yaitu selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi dengan kadar air pada titik layu permanen.
Kandungan
air pada kapasitas lapang ditunjukkan oleh kandungan air pada tegangan 1/3 bar,
sedangkan kandungan air pada titik layu permanen adalah pada tegangan 15 bar.
Air yang tersedia bagi tanaman adalah air yang terdapat pada tegangan antara
1/3 bar sampai dengan 15 bar.
Banyaknya
kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air
(moisture tension) dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan
besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah.
Tegangan diukur dalam bar atau atmosfir atau cm air atau logaritma dari cm air
yang disebut pF. Satuan bar dan atmosfir sering dianggap sama karena 1 atm =
1,0127 bar.
Kemampuan
tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah
bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah
bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat.
Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Beberapa
fungsi air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
(1) sebagai unsur hara tanaman:
Tanaman memerlukan air dari tanah bersamaan dengan kebutuhan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
(2) sebagai pelarut unsur hara:
Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut.
(3) sebagai bagian dari sel-sel tanaman:
Air merupakan bagian dari protoplasma sel tanaman.
(1) sebagai unsur hara tanaman:
Tanaman memerlukan air dari tanah bersamaan dengan kebutuhan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
(2) sebagai pelarut unsur hara:
Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut.
(3) sebagai bagian dari sel-sel tanaman:
Air merupakan bagian dari protoplasma sel tanaman.
Ketersediaan
air dalam tanah dipengaruhi: (1) banyaknya curah hujan atau air irigasi, (2)
kemampuan tanah menahan air, (3) besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung
melalui tanah dan melalui vegetasi), (4) tingginya muka air tanah, (5) kadar
bahan organik tanah, (6) senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan (7)
kedalaman solum tanah atau lapisan tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar